Translate to

Tuesday, March 12, 2013

Konklaf: Berkat atau Kutuk?

"Konklaf tidak akan sebentar." -Kardinal Donald dari USA-

Percaya atau tidak ini adalah suatu animo masyarakat. Kompas merilis berita ini bahkan media-media ternama meliputnya mulai dari ABC News, BBC News, Al-Jazerra, sampai dengan Antara. Konklaf menjadi suatu kesenangan bagi masyarakat, banyak media yang merilis apakah ini ramalan bahwa konkalf ini akan menjadi yang terakhir atau mungkin saja konklaf ini akan menjadi tanda kiamat dari St. Malachy yang ada di Inggris. Setidaknya itu animo dan persepsi bukan suatu fakta, setidaknya untuk saat ini.

Berbicara mengenai konklaf mata semua orang tertuju, mungkin komenan mengenai konklaf ini bisa saja sampai 3000an komen dan ini adalah tradisi Indonesia mengomentari apa yang sedang hangat dibicarakan. Sebagai fakta saja, salah satu Kardinal asal Indonesia tidak ikut dalam konklaf yaitu Kardinal Darmaatmaja, SJ karena alasan sakit. Jadi apakah konklaf adalah berkat bagi Indonesia?

Banyak masalah yang harus dibicarakan dan juga dituntaskan oleh Gereja Katolik menghadapi tantangan jaman ini mulai dari sekularisme di dalam Gereja sendiri, terutama bagaimana membumikan Allah bagi anak muda, dan bisa saja masalah pelecehan seksual yang dilakukan para pastor di Eropa. Syukur, di Indonesia belum terjadi seperti itu. Dan boleh dikatakan itu adalah berkat bagi kita. Indonesia telah melewati perjalanannya bersama dengan 5 agama dan juga umat kepercayaan lain dan itu sah-sah saja bahwa kadang-kadang konflik ada untuk menjadi integrasi bagi kita

Mungkin, ketika saya mempost ini para Kardinal di bagian Eropa sana sudah duduk di Kapel Silistine. Secara ini adalah bagian antara pemilihan. Mata semua orang tertuju dari semuanya mata Asia, Mata Afrika, mata Amerika. Semua tidak bisa diam sambil menantikan bagaimana wajah dari Paus yang baru. Sambil bisa kita bilang bahwa ini adalah berkat dari budaya manusia

Tentang Saya

My photo
Dimensi kosmos yang ingin mengembangkan horizonnya

Pengunjung Berasal