Translate to

Sunday, December 30, 2012

Keberagaman dan Sosialisme di Vietnam (3)



Saya akan melanjutkan kisah saya, mengenai perjalanan di Vietnam. Sepulang dari Reunificatiom Palace, kami menikmati makanan khas vietnam. Maaf karena saya tidak bisa menyebutkan makanan Vietnam. Karena saya hanya diajak dan semua makanan di Vietnam sangat enak sekali. Saya dipesankan makanan dan semuanya bisa saya bilang sangat sehat.

Keesokan harinya saya diajak oleh teman saya, untuk mengunjungi delta sungai Mekong. Delta sungai Meong sangat berperan penting bagi hidup warganya. Adanya fasilitas pariwisata, membuat kapal kkami menuju tempat makan penuh sekali. Para turis asing banyak yang ikkut dalam tur delta sungai mekong. Hal menarik yang laiin adalah kulinernya yaitu nasi yang berbeda dengan Indonesia. Jika nasi yang ada di Indonesia normal dan biasa. Nasi di Vietnam memiliki tekstur lembut karena diremas dahulu sebelum dimasak. Dan salah satu keajaiban yang lain, kami diharuskan menggulung dengan kertas beras maupun dengan selada makanan yang aan disajikkan. Di delta sungai meong kami sangat menikkmati iringan musik vietnam. Walaupun kami tidak mengerti, namun kami hanya menikmatinya. Kan namanya juga wisatawan.

Perjalanan dilanjutkkan lagi, keesokannya, saya dibawa ke Cu Chi Tunnels. Salah satu objek wisata yang digemari di Vietnam. Tahu mengenai kisah perang Vietnam. Nah terjadi pada tahun 1950an dan berakhir tahun 1975 an. Merupakan pertentangan ideologi antara Komunis dan Liberalisme. Front Utara menyerbu front selattan. Dalam pertarungan tersebut, Vietkong menggunakan ruang bawah tanah yang sungguh terattur. Fakta yang mengejutkan adalah bahwa Cu Chi Tunnels membentang dari Cuchi sampaii dengan Saigon River. Bahkan katanya bisa sampai dengan kota Saigon. Kalau dihitung, jaraknya yaitu 70 km. Wah panjangnya. Untungnya, selama saya ke Vietnam, saya ditemani oleh buku propaganda sejarah Vietnam. Buku tersebut bercerita mengenai Ho Chi Minh yang berusaha mengeluarkan Vietnam dari jerat imperialisme. Di Cu Chi Tunnels inilah, kita bisa melihat mengenai benda-benda rampasan tentara selatan yang sangat luat biasa dibawah Partai Liberalisasi Front Nasional. Adanya suatu garis kerjasama yang sangat baik. Tapi yang saya rasakann adalah kerjasama dan kepahlawanan heroik di dalam Perang Vietnam.

Setelah melewati hari yang sangat mempatriotkan diri, kami pergi ke Vung Tau, selatan Ho Chi Minh. Disana kami menikmati nuansa pantai yang sangat indah. Pantainya terletak di belakang pegunungan. Dan kkeliatannya sepertti di Amerika Selatan atau Miami. Walaupun fasilitas rekreasi air belum ada, namun pantai tersebut mempunyai fenomena yang berbeda. Disitu juga ada patung Yesus seperti di Timor Leste dan juga Brazil.

Mengakhiri hari di Vietnam, memang sangat menyenangkan, dengan deburan pantai, saya bisa menyadari negara yang terbentuk berkat kerja keras dan penyaluran afeksi setiap insan. Thank You for Huy Gia, yang selalu mendampingi kami berpergian di Vietnam. Setidaknya kami mengenal prototipe dari Kebudayaan Vietnam. Terima kasih atas perjalanan yang tidak terlupakan dalam kalbu. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu.

Saturday, December 29, 2012

Keberagaman dan Sosialisme di Vietnam (2)

... sambungan
Reunification Palace memiliki nama kuno Norodom Palace, dibangun sudah cukup lama dan ditempati oleh pemerintah Saigon yang merupakan pemerintah resmi Vietnam Selatan. Pemerintah Vietnam Selatan dibantu oleh militer Amerika, dan bahkan Selandia Baru. Ini yang menyebabkan keinginan Ho Chi Minh mereunifikasi seluruh Vietnam. Namun sayangnya reunifikasi baru terjadi setelah Ho Chi Minh meninggal. Reunifikasi terjadi pada tahun 1975.

26 Desember 2012
Kami diajak untuk menyusuri Delta Mekong, Delta Mekong terbentang melewati 3 negara yaitu Laos Kamboja, dan Vietnam. Sungai Mekong ini berperan besar bagi kehidupan warga. Kami makan ikan gurame di sekitar perumahan di Delta Sungai Mekong. Kami juga berkesempatan untuk menyaksikan nyanyian dan alat musik dari Vietnam. Alat musiknya mungkin seperti alat musik China, namun yang jelas adalah kelucuan dari musiknya. Yaitu musiknya atau lagunya menghitung dari angka 1 sampai dengan 100. Kami disajikan mengenai gambaran mekong

...bersambung

Tuesday, December 25, 2012

Keberagaman dan Sosialisme di Vietnam (1)

Tanggal 24 sampai tanggal 29 adalah waktu bagi penulis untuk meluangkan isi liburannya di Vietnam, tentunya ada pengalaman yang baru dan juga unik di negeri yang masih menganut paham sosialisme. Ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan berkaitan dengan liburannya di Vietnam.

24 Desember 2012
Ada yang sudah mengenal Vietnam? Jika belum tahu Vietnam, Vietnam terletak di selatan China. Batas geografisnya di sebelah Barat adalah Laos dan Kamboja, di sebelah Timur adalah laut China Selatan dan orang Vietnam lebih suka menyebutnya laut Vietnam dan sebelah Selatan berbatasan dengan laut teritori Malaysia. Vietnam terkenal akhir-akhir ini karena ada persengketaan Pulau Diayou (versi Jepang) yang disengketakan juga dengan China, dan Filipina. Sampai banyaknya pengklaim dari pulau tersebut, maka sangat berlarur-larutlah persoalan ini.

Saya tiba di Vietnam pada tanggal 24 malam. Tiba di Tan Son Nhat Airport, Saigon ( Ho Chi Minh City) membuat saya agak kebingungan, karena perkembangan dari negara tersebut cukup pesat walaupun negara tersebut berpaham sosialis. Sebabnya, adalah terminal 3 yang dimiliki Indonesia kalah dengan terminal kedatangan, malahan lebih teratur dan lebih bagus, kesan pertama saya orang Vietnam begitu kaku, ditunjukkan oleh petugas Imigrasi yang berbintang 4. Setelah saya diajak ke rumah apartemen teman saya, kami berencana untuk pergi ke Gereja untuk menyambut Malam Natal. Ada satu yang berbeda dari Vietnam. Umat  Katolik mungkin pernah mendengar bibliodrama, di Vietnam hal ini sudah booming, sedang majalah Hidup baru mengulasnya bulan September atau Oktober, namun di Vietnam, misa sebelumnya memakai drama dahulu. Bahkan yang menarik di depan Gereja ada penjual pop corn. Ya saya merasa, mungkin mereka mengira bahwa drama tersebut adalah pertunjukan, dan itu hal yang lumrah. Bibliodrama yang disampaikan begitu menarik dengan iringan musikal dan juga penghayatan berdasarkan kisah injili yang sebenarnya. Misa dipimpin dengan Bahasa Vietnam, namun pesan Injil dan bacaan Liturgi sama, karena saya sebelumnya sudah membawa buku bacaan Liturgi. Dan mungkin inilah untungnya menjadi seorang yang mempunyai kebersatuan  dengan umat Katolik di seluruh dunia. 

Ada yang saya sadari mengenai kebudayaan Vietnam yaitu mereka suka berkumpul bersama untuk sekedar mengobrol dan juga berbicara bersama. Sepanjang jalan mereka berkumpul dan ada juga yang menyemprotkan salju buatan yang seperti hair spray. Apalagi didekat mereka selalu ada kegembiraan dan juga tawa. Saya melihat juga perbedaan antara yang kaya dan yang miskin tidak begitu terlihat. Kita bahkan bisa melihat orang yang memakai kemeja kotor bisa makan po yang sama dengan kita, artinya yaitu bahwa mereka mempunyai kemampuan membeli makanan.

Dalam sistem sosialisme ada yang dinamakan juga dengan People Comitte, menurut teman saya, organisasi ini mengerucut menjadi satu bagian yaitu Partai Komunis Vietnam. Hal inilah yang membuat Vietnam berbeda dengan negara Demokrasi yang lain, terlebih People Comitte hanyalah ajang boneka penyaluran pendapat karena tidak ada yang dinamakan pendapat itu.

25 Desember 2012
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, melihat natal yang sibuk. Natal yang bukan merupakan hari libur bagi kebanyakan orang di Ho Chi Minh City, karena begitu banyak orang yang bekerja pada hari ini. Lalu lintas begitu sepi pada pagi hari sehingga kami dapat tiba di war remnants Museum, suatu museum yang menyajikan mengenai gambaran Perang Vietnam itu. Saya melihat bagaimana bom orange itu melukai segi psikis maupun fisik dari masyarakat Vietnam, selain itu ketidak lurusan linear hubungan antara orang utara dan selatan. Karena orang selatan di backup oleh Amerika. Selain itu, disajikan hasil jarahan dari tentara Vietnam bahkan ada helikopter yang sangat besar sekali. Hal ini menunjukkan begitu menghargainya orang Vietnam dengan makna kemerdekaan. Dukungan dari pihak asing juga ada di Vietnam mulai dari Moskow, Beijing, sampai Kuba

Perjalanan berlanjut ke Reunification Palace dimana ada penandatanganan kesepakatan Utara dan Selatan bergabung menjadi satu. Setelah Amerika hengkang dari perang hal ini membuat  Utara berambisi merambah ke Selatan

...bersambung

Thursday, December 20, 2012

Ekaristi dan Komunitas


Ekaristi telah menjadi warisan tradisi Gereja Katolik. Sejak Jaman Petrus sampai dengan Benediktus XVI, Ekaristi telah mengalami dinamika perkembangan sejarah, dan terus menjadi kekayaan mendalam Gereja dan Umat Allah. Ekaristi ini, sudah mengalami perkembangan dari Misale Romanum Pius V, Konsili Trente, dan juga Konsili Vatikan II dengan dokumen SC (Sacrosanctum Concilium), dan tetaplah bahwa Ekaristi menjadi puncak dari kehidupan umat Kristiani (Lumen Gentium 11). Perkembangan ini didasari oleh Roh Kudus, dan pembaharuannya masih berlangsung hingga saat ini.
            Ekaristi menjadi satu-satunya dasar bagi kita berkumpul sebagai umat Kristiani, jika kita hari Minggu ke gereja, kita akan menyadari bahwa satu-satunya alasan kita berkumpul adalah untuk merayakan dan mengenangkan (anamnese) Kristus yang telah berkurban bagi kita hanya lewat dan melalui  Ekaristi. Oleh sebab itu, dalam DSA II ada kalimat “agar kami yang menerima Tubuh dan Darah Kristus dihimpun menjadi satu umat oleh Roh Kudus”. Dan dengan demikian dimensi persekutuan, dimensi komunitas ditemukan lewat Ekaristi (Sacramentum Caritatis 15)
            Adakah jalan Ekaristi yang membentuk komunitas? Jawabannya ada. Coba sekarang kita termenung sejenak menyadari bahwa setiap Hari Minggu setelah misa selesai, umat memiliki agenda pelayanan tersendiri. Ada yang menjadi pembina BIA-BIR (Bina Iman Anak-Remaja), ada PSE, dan juga Legio Maria. Tentunya kegiatannya masih diperluas lagi. Dan ini membuktikan bahwa Ite Missa Est memiliki segi perutusan yang benar-benar nyata. Lebih jauh lagi, Ekaristi memberi bekal kita untuk berkegiatan rohani sepanjang Minggu.
            Saya masih ingat dengan cerita Henry Nouwen, salah satu Imam penulis yang baik mengenai Ekaristi. Bagaimana di suatu hari, di dalam kegiatan di Panti Asuhannya dengan anak-anak yang terlantar, ia mengakui bahwa Ekaristi menjadi bekal di dalam berkomunitas dan berkomitmen menyebarkan Kristus yang telah berkurban. Pengalaman ini begitu nyata, bagaimana pernah ia menangis bersama anak panti asuhan yang berdoa hanya dari kedalamman hatinya. Ada satu cerita lagi megenai Pedro Arrupe, seorang Jendral Jesuit saat Hirosima dan Nagasaki di luluhlantahkan oleh Fat Man dan Little Boy. Saat ia berada di Novisiat Nagasaki, ia harus membuka pintu rumahnya bagi para korban bom. Arrupe sendiri merupakan seorang dokter. Dan pengalaman yang ditulis dalam biografinya, adalah mengenai misa yang dilakukan ditengah kerumunan orang yang menderita. Bahkan kapelnya dijadikan tempat untuk merawat orang sakit. Buahnya adalah bagaimana orang yang dirawatnya setelah sembuh pasca PD II ingin dibaptis dan menjadi Katolik. Orang tersebut merasakan Ekaristi menjadi pendorong seseorang bersatu menjadi bagian komunitas.
            Komunitas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Ekaristi. Kasih terhadap Allah tidak dapat dipisahkan juga dengan kasih kepada sesama (bdk. Mrk 12: 24-38). Mari kita bagikan kasih yang kita dapatkan dari EKARISTI ke dalam komunitas. Ad Maioreim Dei Gloriam

Kasih dan Gereja



            Pelayanan korban merapi terlebih di Seminari Kentungan memang sudah lama berlalu. Mungkin kita kebingungan. Pernahkah seminari menjadi tempat pengungsian. Pernah, dan itu terjadi! Ketika saya mengingat kisah ini, kisah ini memiliki hubungan dengan gereja dan pelayanan kasih. Mengapa ini terkait? karena dalam kisah mengenai pelayanan kasih di seminari, menjadi nyatalah peran Gereja di dalam kasihnya dan perbuatan terhadap masyarakat. Buku yang menjadi saduran yaitu Dasyatnya Merapi tidak Sedasyat cintaMu (kalangan terbatas)
            Salah satu kalimat dalam buku itu, yang ditulis oleh rektor seminari dikutip sebagai berikut. “Terima kasih. Inilah laboratorium nyata, bak hadiah jatuh dari langit... bleg, tanpa persiapan dan ulem-ulem. Inilah pembelajaran seperti sekolah Yesus.” Dari kata-kata ini, kita melihat betapa berharganya suatu peristiwa merapi dan pembelajaran bagi Gereja untuk berkarya. Karya mencakup interaksi dan juga interaksi pastilah dimiliki oleh setiap manusia sosial (homo socius) Interaksi yang terjadi merupakan kebutuhan setiap manusia, kebutuhan ini menjadi unsur dalam diri manusia. Dan kalau kita dihadapkan pada masalah sosial yang ada, keinginan berbuat pasti ada karena conscience kita terusik.
            Melihat buku ini sekilas, kebanyakan dari para frater mengucapkan syukur karena ini terjadi. Lah kenapa bisa syukur? karena makna reflektif yang bisa diambil dari spontanitas kisah-kisah. Bahkan dari semuanya, walupun telah mengorbankan waktu pendidikan (semester kuliah), tenaga, makanan, tempat tidur, mereka tetap mensyukuri karena unseen hand, terlebih wajah Kristus benar-benar tampak di dalam pelayanan mereka. Mereka melihat Allah yang berkarya. Kita mengingat ucapan Mother Teresa “Ketika saya melihat orang kusta, saya melihat ALLAH.”
            Dari sini, kita bisa melihat bahwa Gereja ikut berusaha mengusahakan pelayanan sendiri di dalam Gereja dan juga di luar Gereja. Apa yang dikorbankan dalam tubuh Gereja tidak akan kembali, tetapi menghasilkan buah yang lebih besar. Dalam, analogi buku ada kata, tremendum et Fascinosum, yaitu kehadiran Tuhan yang benar-benar menggetarkan dan mempesona. Dan hal itu terjadi.
            Sebagai penutup, mengapa kasih dan Gereja terkait? Kalau kita melihat seluruh kisah penyembuhan Yesus, hal pertama yang menggerakan yaitu kasih. Kasih menjadi penyebab seluruh karya penyelamatan Yesus. Bahkan dua perintah utama yang harus ditaati yaitu kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati kita dan dengan segenap jiwa kita dan dengan segenap akal budi kita. dan yang kedua yaitu kasihilah sesama kita manusia seperti diri kita sendiri (bdk. Mat 22:39). Sudah jelas, bahwa kita harus mengasihi sesama dan tugas Gereja bertujuan untuk saling mengasihi. Ad Maioreim Dei Gloriam

Tuesday, December 18, 2012

Madrid dan Buah World Youth Day

Paus Benediktus XVI membuka gebrakan baru, dalam melihat Gereja Katolik sebagai cahaya di Dunia. Setidaknya fakta ini memiliki relevansinya tersendiri. Ada 2 peristiwa yang saya lihat sebagai buah perwujudan tahun iman 2013 di Vatikan. Pertama adalah peresmian akun twitter @pontifex yang dimiliki oleh Paus Benediktus XVI sendiri dan yang kedua adalah bahwa ada buah dari WYD di Madrid yaitu munculnya YouCat sebagai katekisasi anak muda modern

Anggapan yang mengatakan Gereja sudah ketinggalan jaman, setidaknya harus mulai di kikis perlahan. Saya tidak tahu apakah hal itu adalah bentuk pesimistis dari jaman ini, atau setidaknya ini adalah suatu katalis bagi Gereja untuk bergerak mengikuti jaman. Setidaknya di awal tahun iman ini ada secercah harapan bahwa katekese yang ada bukan satu arah (one dirrect person) melainkan arah katekese yang merupakan dialog iman dengan sharing dan juga penambahan pengetahuan

Tahun Iman yang disongsong Gereja tahun 2013 adalah satu dari rangkaian perjalanan gereja dalam sketsa bersama. Setidakny Gereja di ajak untuk menyadari peran iman di dalam kehidupan. Pertama-tama yaitu bahwa Iman tidak bisa dipisahkan dari perbuatan yang nyata dan konkret. Lewat pengalaman itulah iman senantiasa di tumbuh kembangkan bersama komunitas yang ada.

Akhirnya, salah satu sasarannya yaitu pengenalan Yesus Kristus bagi anak muda. Anak muda diajak untuk berani menyatakan imannya dan juga berbuat sesuai dengan imannya. YouCat menjadi satu dari sarana untuk mendalami bagaimana iman itu harus dibuahkan lewat saksi atau bersaksi sesuai dengan konsep krisma yang telah diterima dan diurapi kepada kita

Individu dan Antropologi

Mulanya, Koentjaraningrat mengklasifikasikan 3 sub kebudayaan manusia. Budaya menurutnya adalah pola pikir, pola karsa, dan pola rasa. Bagian yang menjadi hasilnya ialah artifact. Baginya karya manusia lewat budaya dipakai sebagai acuan untuk melihat ide mengenai sosial. Sosial yang dimaksud disini adalah ide mengenai teori-teori yang tumbuh di Dunia

Saya selalu tertarik dengan masalah budaya. Sudah lama sekali saya tidak mencatat di blog ini. Dan baru-baru ini ada hasrat lagi untuk menulis. Tema yang saya munculkan disini adalah mengenai Antropologi. Keliatannya ilmunya sangat lama ya? Ya memang ilmu mengenai antropologi sudah lama ada. Bahkan antropologi dianggap sebagai usaha para kolonialis menaklukan jajahannya. Saya disini tidak akan membahas mengenaai latar belakang antropologi. Tetapi yang jelas berdasarkan sejarah antropologi sendiri. Selalu ada yang dinamakan percampuran pengetahuan.

Cara pandang dalam antropologi ini adalah cara pandang antropologi psikologi. Tidak lama setelah berselang beberapa tahun dari Franz Boaz meninggal (seorang Antropolog kebangsaan Amerika) muncullah seorang wanita bernama M. Mead (tidak ada kaitannya dengan George H. Mead, Sosiolog) yang menggunakan psiko-analisis untuk meneliti perkembangan manusia di daerah pedalaman desa. Mungkin pembaca pernah mendengar bahkan melihat di film-film dimana ada secarik kertas yang dibubuhkan tanda warna hitam. Ya itu adalah metode yang digunakan psikologi dan antropolog dalam meneliti juga.

Memang ada kritikan dari beberapa antropolog mengenai kegunaan Psikologi sebagai pendamping dari Antropologi, tetapi pertama yang jelas adalah bahwa Psikologi memberikan salah satu efek cara pandang antropologi di dalam melihat karakter individu masyarakat desa

Tuesday, October 2, 2012

Kisruh Seputar G30S-?

"Ini semua hanya permainan Pak, semua ini hanya permainan" (Perkataan Letkol Untung kepada salah satu kabinet 100 Mentri)
Boleh jadi kita tidak percaya, bahwa setiap kejadian mempunyai latar belakang dan perperangan kepentingan yang ada. Boleh jadi kita tidak percaya bahwa teori yang dikemukakan Marx (Sejarah adalah perang antara kepentingan) tidak berlaku di jaman ini. Ya, bahkan kita boleh tidak percaya bahwa PKIlah yang membuat G30S membuat menyemarakkan negeri ini.

Penulis tidak akan membahas keterlibatan PKI dalam peristiwa yang memakan banyak energi. Ibarat sebuah pekerja yang kehabisan energi lalu tumbang seketika. Penulis hanya ingin membahas mengenai keterlibatan tukang jagal yang baru-baru ini mejadi liputan khusus Tempo (1 Oktober sampai dengan 7 Oktober). Waktunya sangat pas sambil memikirkan refleksi "Benarkah Pancasila itu sakti?" Kesaktian Pancasila pada jamannya adalah suatu rekontruksi kejayaan orde, bahkan bisa dikatakan sebagai pendukung legitimasi birokrasi pada jaman presiden itu (pembaca mungkin tahu siapa yang dimaksud)

Setelah "revolusi" yang katanya dilakukan PKI tersebar beritanya dipelosok Nusantara, muncullah Sarwo Edhie yang menjadi kepanjangan tangan Soeharto menghilangkan ideologi ini. Ketika Soekarno membentuk Komite HAM pada tahun 1966 oleh salah satu mentri dikabinetnya, tercatat bahwa tindak kekerasan masih ada dan mengambil tempatnya yang "suci" di negeri ini.

Kekerasan yang berlangsung di seluruh Nusantara, kecuali Irian Jaya Barat dan Jawa Barat mempunyai sejarah yang kelam dan sejarah yang setidaknya memberi refleksi. Membaca tempo pada edisi kesaktian Pancasila, membuat bulu kuduk berdiri, karena kisah yang ditawarkan sangat berani dan gamblang.

Mengapa Jawa Barat tidak terkena imbas kekerasan ini, untungnya ada Kolonel Aji yang waktu itu memerintahkan bahwa tidak ada boleh kekerasan terjadi di Jawa Barat. Walaupun masih ada tapi kejadian ini tidak menular kepada yang lain.

Menurut penulis, basis yang menjadi pembantaian terbesar yaitu Jawa Timur. Jawa Timur memiliki basis PKI yang kuat pada masanya sehingga banyak kejadian dari bengawan Solo hingga kota di Jawa Timur

...(lanjut)

Wednesday, August 22, 2012

Apa yang Ingin Dikatakan Soegija


            Soegija, Uskup pribumi pertama di Indonesia, merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam perkembangan Indonesia. Melalui surat yang dikirim oleh takhta apostolik Vatikan, Rm. Soegija diangkat menjadi Uskup Danaba wilayah Semarang. Hal ini menjadi suatu kebanggaan karena Soegija merupakan Uskup Pribumi Pertama dari Indonesia. Melalui tulisan ini, penulis ingin membagikan sharing bagaimana film "Soegija" menjadi butir perenungaan akan keberagaman, dan kemerdekaan.
            Butir perenungan pertama mengenai keberagaman. Menyentuh sekali bahwa film ini menggali ide pemikiran Soegija. Dalam buku hariannya, Soegija menyatakan "Kemanusiaan itu satu, kendati kita berbeda dan beragam, namun kita adalah satu keluarga besar." Kita melihat bahwa situasi yang ada sekarang, bagaimana keberagaman didustai berbeda dengan kondisi ketika gencatan senjata oleh NICA ke kota Jogjakarta. Dalam film, kita dapat melihat bahwa agresi militer II oleh Belanda membuat kita tercengang. Banyak korban berjatuhan, dan juga banyak gerilyawan yang tertangkap. Keprihatinan Soegija menjadi suatu tindakan nyata dengan dibukanya Gereja Bintaran sebagai rumah persinggahan dan rumah sakit. Sungguh menyentuh bahwa apa yang ingin dikatakan dari sini, adalah bahwa sejak semula bangsa Indonesia, telah bersatu untuk mengusir bentuk-bentuk penjajahan. Alhasil, dimanakah rasa untuk bersatu itu sekarang? Pesan yang cukup tajam, dengan pesan yang relevansinya masih cukup terang hingga saat ini. Tidak usah melulu pada keberagaman dengan umat beragama yang lain, namun masihkah kita melihat bahwa keberagaman itu harus berada di tingkat Paroki bahkan Gereja? Keberagaman itu yang singkatnya, menurut dokumen Rerum Novarum sebagai "Anggota tubuh mistik Kristus, kita harus saling bersatu!"
            Butir perenungan kedua adalah mengenai kemerdekaan. Dalam film yang terakhir ini, patut kita lihat bahwa Soegija menulis "Apa gunanya menjadi bangsa merdeka, jika kita gagal mendidik diri sendiri?" Penulis dapat merasakan bahwa Soegija khawatir apabila bentuk-bentuk penjajahan yang baru membuat bangsa Indonesia, terutama kaum mudanya merasa kemerdekaan itu sia-sia. Yang beliau inginkan adalah bahwa kemerdekaan itu harus menjadi suatu tonggak kemerdekaan bagi diri sendiri, karena setiap diri kita adalah merdeka. Dan kemerdekaan merupakan hak dari kita. Ajaran Sosial Gereja (ASG), Populorum Progressio patut menjadi acuan bagi kata-kata beliau, bahwa: "Patutnya Gereja mengakui kemerekaan yang dirasakan sebagai tanggung jawab bagi anggota Gereja untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat." Terutama, haruslah dikatakan bahwa kemerdekaan menjadi tanggung jawab bersama kita, untuk terus bertanggung jawab. Tanggung jawab ini tidak ringan, karena kita disuruh untuk mendidik diri sendiri. Pribadi inilah yang terus dihayati oleh Gereja, sebab ASG nantinya bermuara pada kebebasan individu, dan kebebasan individu merupakan esensi dari kemerdekaan.
            Akhirnya, dua pesan yang ingin disampaikan oleh Soegija adalah bahwa Gereja harus beragam dalam arti kehidupan sosialnya, sebab hakikatnya Gereja merupakan satu anggota keluarga besar, kita harus saling mengasihi sesama anggota keluarga. Kedua adalah hakikat kemerdekaan, yaitu agar kita bisa mendidik diri dengan kemerdekaan yang telah kita miliki. Ad Maioreim Dei Gloriam.

Tuesday, August 21, 2012

Serikat Pekerja dan relevansinya


Semenjak Kapitalisme menjadi tren masyarakat sesudah revolusi Inggris, praktis ada orang yang dijadikan pekerja. Saya rasa ini bukan suatu yang berlebihan, sebab dengann dimulainya mesin uap pada pemintal kain, dimulai juga reproduksi kapital. Reproduksi kapital ini yang menyebabkan eksloitasi kaum pekerja dan masyarakat sendiri. Jahatnya, mengapa ada orang yang begitu kaya dan begitu miskin? Sebabnya yaitu reproduksi Kapital dimana membayar pekerja dengan sedikit upah, supaya kelebihannya bisa diputar untuk kapital. Kapital disini yaitu berarti uang yang dijadikan sarana untuk mendapatkan harta lagi.
            Diruntut dari sejarahnya, dari Jaman Feodalisme sampai dengan Revolusi Inggris, tidak ada yang namamnya serikat pekerja. Stratifikasi Sosial tidak memperbolehkan adanya serikat pekerja seperti itu, karena para tuan tanah tidak memfasilitasinya untuk seperti itu. Tetapi, seiriing dengan dengan perkembangan jaman dan revolusi industri. Sistem Kapitalisme yang dibarengi dengan sistem liberalisme memperbolehkan suatu organisasi serikat pekerja, dan sejak itu dimulainya suatu ketidakadilan.
            Serikat pekerja memiliki fungsi untuk mengawasi kinerja dan juga mengontrol fungsi keadilan. Tetapi, saya masih melihat fungsi yang tidak dijalankan secara maksimal dari fungsi pengontrolan. Relevansinya yaitu, masih diperlukan suatu serikat pekerja 

Gereja di Tengah Pergumulan Jaman



(Komentar mengenai ASG)
     Kita melihat bahwa ketidakadilan ada dimana-mana. Lalu, orang melihat bahwa yang patut disalahkan yaitu Allah. Pernyataan ini dibenarkan karena mulai dari Nietzche sampai dengan filsuf post-modernisme, menyatakan bahwa Allah itu sudah tidak ada. Penulis jadi teringat mengenai seorang pemuda yang datang ke salon untuk dicukur lalu, pemuda ini mempermasalahkan ketidakadilan yang ada di dunia ini. Lalu, tukang cukur itu berkata: "Seperti halnya orang yang urakan di jalan, tidak semua orang urakan mencari saya. Sama halnya dengan ketidakadilan."
     Penulis mengerti bahwa harus cukup lama meresapkan cerita ini, karena cerita ini kaya dengan makna. Dan dengan ketidakadilan, Gereja ingin berjalan bersama dengan kaum yang terpinggirkan. Pernah teman saya bertanya mengapa Gereja hanya peduli pada yang miskin material saja, tetapi tidak berpikir mengenai yang miskin rohaninya. Saya kira dia belum sepenuhnya mengerti mengenai ketidakadilan yang benar-benar terjadi. Bahwa mayoritas 'warga' Kerajaan Allah adalah mereka yang tertindas. Oleh karena itu prefential option for poor harus menjadi nyata ditengah masyarakat.
     Sebenarnya ada 2 pokok masalah yang bisa ditelaah lewat celah analisis. Model pertama yaitu konflik dan model yang kedua yaitu konsensus. Cara yang lebih radiikal adalah lewat model konflik karena dalam penelaahannya, orang yang berada di puncak disalahkan karena menjadi penyebab kemiskinan. Kemiskinan yang membuat martabat manusia direndahkan.
     Gereja selalu paham akan perasaan mengenai martabat manusia. Dan kalau saya merangkum semua ajaran sosial gereja dengan satu kata yang saya buat maka, martabat manusia menjadi labuhannya. Mengapa martabat manusia menjadi sangat penting? Karena dari ensilik Rerum Novarum sampa dengan Cantetismus Annus, terlebih martabat manusia ditonjolkan. Dari martabat itu bisa digambarkan mengenai keadaan kerja manusia, dan juga asas keadilan sebagai warga Allah dan warga masyarakat.
     Terakhir, apa yang harus dilakukan oleh ku menyikapi ajaran sosial Gereja. Saya terkesan bagaimana orang berusaha untuk senantiasa mengembangkan imannya secara bertanggung jawab. Masa-masa muda yang gembira haruslah diisi dengan suatu pengalaman kasihNya. Caranya bisa lewat bermacam-macam. Yang penting adalah bagaimana kita menyikapi sebagai manusia yang semakin memanusiakan diri baik rohani maupun jasmani. Ad Maioreim Dei Gloriam

Antara yang berpengalaman dan Yang pembelajar


      Pernahkah kita merasa bahwa kita terus mengalami perubahan? Perubahan yang terjadi tidak saja membuat kita sadar. Bahkan kita takut bahwa zona nyaman atau comfort zone, mau diambil oleh orang lain. Perubahan itu menyertai kondisi jaman, dan setiap waktu ita disuguhi oleh berbagai macam perubahan. Baru-baru ini para ilmuwan menemukan partikel tuhan (Higgs Bason). Ini menunjukkan bahwa perubahan pasti terjadi, dan perubahan itu berdampak bagi kehidupan, bahkan keadaan tidak ada yang statis. Tentunya perlu diambil sikap arif dalam menghadapi perubahan. Dan dalam KEP angkatan ini, perubahan akan menjadi semakin nyata.
      Sejak sidang sinode KAJ I sampai dengan yang terakhir, konsep mengenai pembinaan kaum muda menjadi sangat penting. Namun, bisa dikatakan realisasi dari hal itu belum sepenuhnya terjadi. Kesediaan pengurus lama (Yang berpengalaman) dan kaum muda (yang notabenenya pembelajar) belum mau saling terbuka untuk mengisi apa yang kurang dalam tubuh gerejaNya, yaitu rasa kebersatuan. Memang sudah ada yang bisa saling mengisi, namun kesadaran untuk berbagi pengalaman harus terus dibina.
      Kami, para panitia bersyukur bahwa banyak kaum muda yang mau untuk belajar terlebih mengendapkan afeksi (perasaannya) di Kursus Evangelisasi Pribadi ini.Bahkan ada yang beberapa masih duduk dibangku SLTA atau SMU. Penulis mengharapkan bahwa mereka dapat menjadi penerus dari generasi ini. Tentu saja, proses pengkaderan masih akan terus berlanjut (on going formation). Berkat roh kudus juga, dapat kita saksikan umur yang sudah lanjut ingin dan merindukan menjadi pembelajar.
      Sesuai amanat dari ensilik sosial kepausan Rerum Novarum, bahwa martabat tiap pribadi orang merupakan sama. Maka, dapat kita katakan bahwa kesediaan kaum muda dan generasi sebelumnya dapat mengisi pengalaman, tanpa mendiskriminasikan. Penulis menulis ini, agar menjadi semakin sadar akan perubahan dalam gereja yang sedemikian cepat ini! Gereja memerlukan suatu terobosan bahkan insight untuk mengatakan kabar baik kepada semua orang bahkan kepada generasi muda yang serba teknologi atau generasi X.
       Menjadi suatu renungan bagi kita bersama, bahkan pada saat ini. Beranikah yang berpengalaman memberikan suatu pengalaman yang baru kepada pembelajar. Sehingga 'tubuh' Kristus menjadi sempurna di dalam ketersediaan untuk belajar.
       Akhirnya, proficiat terhadap kaum muda yang mau melayani dan berbagi dalam kursus ini. Gereja memerlukan kamu! Kamu menjadi suatu perpanjangan tangan dan penerus dari umat Allah. Selamat mengikuti kursus, berkat Tuhan selalu menyertai. Ad Maioreim Dei Gloriam.

Saturday, May 12, 2012

Sejarah Pemikiran


Pemikiran manusia berasal dari budi, dan budi merupakan suatu hasil pencarian yang panjang. Sejak dahulu, pemikiran dianggap sangat penting, dan bahkan bisa membaurkan keadaan (kita melihat filsafat Aristoteles dipakai dan dikonfrotasi sampai ia meninggal). Berikut saya akan menjabarkan tentang PROSES kegiatan berpikir yang kerap disebut filsafat. Edisi Pemikiran ini menggunakan buku Filsafat Untuk Pemula, Penerbit Kanisius. Pengarang Richard Osborne.   
Filsafat memang agak susah untuk dimengerti, bahkan orang-orang di jaman ini tidak menganggap penting ilmu filsafat. Filsafat bahkan dipahami sebagai sesuatu yang subversif dan berbahaya. Mungkin filsafat tidak seterkenal dulu, tetapi dari ilmu filsafat munculah sesuatu yang berharga dan penting. Filsuf (orang yang mempelajari Filsafat) tidak bisa dibedakan dengan manusia biasa, namun yang membedakannya adalah mereka merupakan ilmuwan. Kata ilmuwan dalam artikel ini bukan saja mengacu pada ilmuwan Alam (Ilmu Pengetahuan Alam) tetapi Ilmuwan Sosial ( Ilmu Pengetahuan Sosial). Pembagian masa pembentukan ilmu (mulai dari Biologi, Fisika, Kimia, Sosiologi, dan Sejarah) melalui filsafat sungguh banyak. Tetapi, menurut saya Ilmu Filsafat masa pembentukannya yaitu Masa Peradaban Yunani, Masa Kristianitas (Skolastik), Masa Reinaissance, dan Masa Filsafat Modern. Pemikiran filsafat mungkin random, artinya berserakkan, pembentukkannya bisa macam-macam ilmunya. Bahkan ada filsuf seperti Rene Descrates yang memiliki kemampuan sebagai Matematikawan, dan filsuf. Pembahasan seri ini memang membingungkan, Mau mulai belajar Filsafat?
Bagi penulis, belajar filsafat merupakan belajar tentang kehidupan dan juga belajar mengenai menggenapi kehidupan sesuai dengan kodratnya. Bahkan dalam hidup ini kodrat itu bukan materi tetapi kodrat merupakan suatu hal yang hakiki. Filsuf awalnya hanya melihat suatu hal yang membingunkan dan sampai pada kesimpulan untuk terus belajar mengenai kehidupan. Maka sampai hari ini para filsuf sering mencari pola-pola, mozaik-mozaik kehidupan dan juga mencari kebenaran lewat disiplin ilmu.
Filsafat berada pada awalnya di Eropa, namun seiring dengan perkembangannya, Filsafat juga berkembang di Timur Tengah. Di bagian Eropa filsafat berkembang pesat di Yunani dan juga daerah sekitarnya. Walaupun memiliki orang terpelajar yang banyak namun kaum budak, dan migran mencapai presentase 60% dan tidak cukup untuk menggeser kemiskinan. Oleh karena itu, sampai dengan hari ini, proses kebenaran dicari terus menerus
Sedangkan, di Timur Tengah berlangsung penggalian ilmu mengenai matematika.  Arab secara terus menerus mengembangkan filsafatnya sampai dengan hari ini dan dengan perbandingan pengetahuan yang sangat baik....(bersambung)

Adilkah Jaman Ini?


Berbicara tentang keadilan sosial terdengar berbicara tentang Pancasila. Sila ke 2 di dalam pancasila berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab.” Bunyi ini memang sering kita dengar, karena negara menyadari bahwa keadilan menjadi penentu dari kehidupan manusia yang sehat. Kemanusiaan yang adil menjadi hasil akhir yang membawa pengaruh bagi kemanusiaan disekitarnya.
            Di dalam jaman ini, hakikat kemanusiaan menjadi semakin di reduksi. Orang menjadi berguna apabila dia memiliki skill, sedangkan orang yang tidak memiliki skill ataupun kemampuan hanya bisa terpaku melihat orang lain menghasilkan selembar kertas yang bernilai. Mungkin ini merupakan kalimat provokatif yang memang perlu kita refleksikan sebagai umat Kristiani. Karena ide tentang Kristianitas berlawanan dengan gagasan dunia modern. Ide Kristianitas yang dimaksud merupakan iman, kasih, dan pengharapan. Terutama yang paling besar diantaranya merupakan kasih.
            Namun, apakah Gereja tinggal diam dalam menghadapi ketidakadilan? jawabannya tidak. Ajaran Sosial Gereja secara khusus menyatakan bahwa setiap manusia merupakan makhluk yang berharga dan sangat khusus di mata Tuhan (bdk. Kej 1:32) Terlebih yang perlu ditegaskan disini adalah bahwa martabat tiap manusia sama. Tidak ada manusia yang lebih tinggi dan mampu untuk ‘mengeksploitasi’ manusia yang lainnya.
            Penulis masih ingat buku yang dibacanya tentang bagaimana ratusan warga Israel ketika terjadi Perang Dunia II diselamatkan oleh Kepausan. Dan ini memiliki resiko yang sangat berat karena dengan luas hanya berapa m2, Vatikan bisa langsung diduduki oleh Nazi, Jerman. Itu menunjukkan bahwa Gereja harus mengambil resiko untuk melawan ketidakadilan.
            Adil merupakan sikap yang membawa perubahan. Kita harus membagi dua hal menjadi sama dan itu merupakan pengertian sederhana keadilan. Keadilan menjadi semakin semu dewasa ini, karena sikap egosentrisme yang kita miliki. Bahwa kadang, keadilan dihilangkan dan dengan mudahnya kita mengatakan hal itu adil tetapi itu bukan keadilan. Yang ada adalah bahwa aku memberikan sesuatu kepadamu karena kamu memberikan aku sesuatu. Hubungan timbal balik yang ‘mesra’ menjadi akhir dari pergaulan kita.
            Tetapi, adil dalam ‘Kamus’ Gereja yaitu kita memberikan sesuatu dengan pas sesuai dengan takaran dan berbuat lewat hati. Ketika hati manusia rusak, maka manusia tidak bisa berbuat sesuai dengan nurani yang jernih. Semua hubungan menjadi rusak. Antara Aku, Tuhan, dan Sesama. Dan ketika semua hubungan rusak, yang ada di kita adalah kekosongan yang tidak dimengerti
            Sebagai bahan permenungan yang harus dicapai oleh tiap individu yaitu apakah kita sudah adil dalam ‘membagi’ perasaan kita kepada sesama atau karena dia berguna? Gambaran sesama merupakan gambaran manusia yang diciptakan Allah. Sekian.

Tentang Saya

My photo
Dimensi kosmos yang ingin mengembangkan horizonnya

Pengunjung Berasal