Translate to

Saturday, May 12, 2012

Sejarah Pemikiran


Pemikiran manusia berasal dari budi, dan budi merupakan suatu hasil pencarian yang panjang. Sejak dahulu, pemikiran dianggap sangat penting, dan bahkan bisa membaurkan keadaan (kita melihat filsafat Aristoteles dipakai dan dikonfrotasi sampai ia meninggal). Berikut saya akan menjabarkan tentang PROSES kegiatan berpikir yang kerap disebut filsafat. Edisi Pemikiran ini menggunakan buku Filsafat Untuk Pemula, Penerbit Kanisius. Pengarang Richard Osborne.   
Filsafat memang agak susah untuk dimengerti, bahkan orang-orang di jaman ini tidak menganggap penting ilmu filsafat. Filsafat bahkan dipahami sebagai sesuatu yang subversif dan berbahaya. Mungkin filsafat tidak seterkenal dulu, tetapi dari ilmu filsafat munculah sesuatu yang berharga dan penting. Filsuf (orang yang mempelajari Filsafat) tidak bisa dibedakan dengan manusia biasa, namun yang membedakannya adalah mereka merupakan ilmuwan. Kata ilmuwan dalam artikel ini bukan saja mengacu pada ilmuwan Alam (Ilmu Pengetahuan Alam) tetapi Ilmuwan Sosial ( Ilmu Pengetahuan Sosial). Pembagian masa pembentukan ilmu (mulai dari Biologi, Fisika, Kimia, Sosiologi, dan Sejarah) melalui filsafat sungguh banyak. Tetapi, menurut saya Ilmu Filsafat masa pembentukannya yaitu Masa Peradaban Yunani, Masa Kristianitas (Skolastik), Masa Reinaissance, dan Masa Filsafat Modern. Pemikiran filsafat mungkin random, artinya berserakkan, pembentukkannya bisa macam-macam ilmunya. Bahkan ada filsuf seperti Rene Descrates yang memiliki kemampuan sebagai Matematikawan, dan filsuf. Pembahasan seri ini memang membingungkan, Mau mulai belajar Filsafat?
Bagi penulis, belajar filsafat merupakan belajar tentang kehidupan dan juga belajar mengenai menggenapi kehidupan sesuai dengan kodratnya. Bahkan dalam hidup ini kodrat itu bukan materi tetapi kodrat merupakan suatu hal yang hakiki. Filsuf awalnya hanya melihat suatu hal yang membingunkan dan sampai pada kesimpulan untuk terus belajar mengenai kehidupan. Maka sampai hari ini para filsuf sering mencari pola-pola, mozaik-mozaik kehidupan dan juga mencari kebenaran lewat disiplin ilmu.
Filsafat berada pada awalnya di Eropa, namun seiring dengan perkembangannya, Filsafat juga berkembang di Timur Tengah. Di bagian Eropa filsafat berkembang pesat di Yunani dan juga daerah sekitarnya. Walaupun memiliki orang terpelajar yang banyak namun kaum budak, dan migran mencapai presentase 60% dan tidak cukup untuk menggeser kemiskinan. Oleh karena itu, sampai dengan hari ini, proses kebenaran dicari terus menerus
Sedangkan, di Timur Tengah berlangsung penggalian ilmu mengenai matematika.  Arab secara terus menerus mengembangkan filsafatnya sampai dengan hari ini dan dengan perbandingan pengetahuan yang sangat baik....(bersambung)

Adilkah Jaman Ini?


Berbicara tentang keadilan sosial terdengar berbicara tentang Pancasila. Sila ke 2 di dalam pancasila berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab.” Bunyi ini memang sering kita dengar, karena negara menyadari bahwa keadilan menjadi penentu dari kehidupan manusia yang sehat. Kemanusiaan yang adil menjadi hasil akhir yang membawa pengaruh bagi kemanusiaan disekitarnya.
            Di dalam jaman ini, hakikat kemanusiaan menjadi semakin di reduksi. Orang menjadi berguna apabila dia memiliki skill, sedangkan orang yang tidak memiliki skill ataupun kemampuan hanya bisa terpaku melihat orang lain menghasilkan selembar kertas yang bernilai. Mungkin ini merupakan kalimat provokatif yang memang perlu kita refleksikan sebagai umat Kristiani. Karena ide tentang Kristianitas berlawanan dengan gagasan dunia modern. Ide Kristianitas yang dimaksud merupakan iman, kasih, dan pengharapan. Terutama yang paling besar diantaranya merupakan kasih.
            Namun, apakah Gereja tinggal diam dalam menghadapi ketidakadilan? jawabannya tidak. Ajaran Sosial Gereja secara khusus menyatakan bahwa setiap manusia merupakan makhluk yang berharga dan sangat khusus di mata Tuhan (bdk. Kej 1:32) Terlebih yang perlu ditegaskan disini adalah bahwa martabat tiap manusia sama. Tidak ada manusia yang lebih tinggi dan mampu untuk ‘mengeksploitasi’ manusia yang lainnya.
            Penulis masih ingat buku yang dibacanya tentang bagaimana ratusan warga Israel ketika terjadi Perang Dunia II diselamatkan oleh Kepausan. Dan ini memiliki resiko yang sangat berat karena dengan luas hanya berapa m2, Vatikan bisa langsung diduduki oleh Nazi, Jerman. Itu menunjukkan bahwa Gereja harus mengambil resiko untuk melawan ketidakadilan.
            Adil merupakan sikap yang membawa perubahan. Kita harus membagi dua hal menjadi sama dan itu merupakan pengertian sederhana keadilan. Keadilan menjadi semakin semu dewasa ini, karena sikap egosentrisme yang kita miliki. Bahwa kadang, keadilan dihilangkan dan dengan mudahnya kita mengatakan hal itu adil tetapi itu bukan keadilan. Yang ada adalah bahwa aku memberikan sesuatu kepadamu karena kamu memberikan aku sesuatu. Hubungan timbal balik yang ‘mesra’ menjadi akhir dari pergaulan kita.
            Tetapi, adil dalam ‘Kamus’ Gereja yaitu kita memberikan sesuatu dengan pas sesuai dengan takaran dan berbuat lewat hati. Ketika hati manusia rusak, maka manusia tidak bisa berbuat sesuai dengan nurani yang jernih. Semua hubungan menjadi rusak. Antara Aku, Tuhan, dan Sesama. Dan ketika semua hubungan rusak, yang ada di kita adalah kekosongan yang tidak dimengerti
            Sebagai bahan permenungan yang harus dicapai oleh tiap individu yaitu apakah kita sudah adil dalam ‘membagi’ perasaan kita kepada sesama atau karena dia berguna? Gambaran sesama merupakan gambaran manusia yang diciptakan Allah. Sekian.

Tentang Saya

My photo
Dimensi kosmos yang ingin mengembangkan horizonnya

Pengunjung Berasal