Translate to

Sunday, December 30, 2012

Keberagaman dan Sosialisme di Vietnam (3)



Saya akan melanjutkan kisah saya, mengenai perjalanan di Vietnam. Sepulang dari Reunificatiom Palace, kami menikmati makanan khas vietnam. Maaf karena saya tidak bisa menyebutkan makanan Vietnam. Karena saya hanya diajak dan semua makanan di Vietnam sangat enak sekali. Saya dipesankan makanan dan semuanya bisa saya bilang sangat sehat.

Keesokan harinya saya diajak oleh teman saya, untuk mengunjungi delta sungai Mekong. Delta sungai Meong sangat berperan penting bagi hidup warganya. Adanya fasilitas pariwisata, membuat kapal kkami menuju tempat makan penuh sekali. Para turis asing banyak yang ikkut dalam tur delta sungai mekong. Hal menarik yang laiin adalah kulinernya yaitu nasi yang berbeda dengan Indonesia. Jika nasi yang ada di Indonesia normal dan biasa. Nasi di Vietnam memiliki tekstur lembut karena diremas dahulu sebelum dimasak. Dan salah satu keajaiban yang lain, kami diharuskan menggulung dengan kertas beras maupun dengan selada makanan yang aan disajikkan. Di delta sungai meong kami sangat menikkmati iringan musik vietnam. Walaupun kami tidak mengerti, namun kami hanya menikmatinya. Kan namanya juga wisatawan.

Perjalanan dilanjutkkan lagi, keesokannya, saya dibawa ke Cu Chi Tunnels. Salah satu objek wisata yang digemari di Vietnam. Tahu mengenai kisah perang Vietnam. Nah terjadi pada tahun 1950an dan berakhir tahun 1975 an. Merupakan pertentangan ideologi antara Komunis dan Liberalisme. Front Utara menyerbu front selattan. Dalam pertarungan tersebut, Vietkong menggunakan ruang bawah tanah yang sungguh terattur. Fakta yang mengejutkan adalah bahwa Cu Chi Tunnels membentang dari Cuchi sampaii dengan Saigon River. Bahkan katanya bisa sampai dengan kota Saigon. Kalau dihitung, jaraknya yaitu 70 km. Wah panjangnya. Untungnya, selama saya ke Vietnam, saya ditemani oleh buku propaganda sejarah Vietnam. Buku tersebut bercerita mengenai Ho Chi Minh yang berusaha mengeluarkan Vietnam dari jerat imperialisme. Di Cu Chi Tunnels inilah, kita bisa melihat mengenai benda-benda rampasan tentara selatan yang sangat luat biasa dibawah Partai Liberalisasi Front Nasional. Adanya suatu garis kerjasama yang sangat baik. Tapi yang saya rasakann adalah kerjasama dan kepahlawanan heroik di dalam Perang Vietnam.

Setelah melewati hari yang sangat mempatriotkan diri, kami pergi ke Vung Tau, selatan Ho Chi Minh. Disana kami menikmati nuansa pantai yang sangat indah. Pantainya terletak di belakang pegunungan. Dan kkeliatannya sepertti di Amerika Selatan atau Miami. Walaupun fasilitas rekreasi air belum ada, namun pantai tersebut mempunyai fenomena yang berbeda. Disitu juga ada patung Yesus seperti di Timor Leste dan juga Brazil.

Mengakhiri hari di Vietnam, memang sangat menyenangkan, dengan deburan pantai, saya bisa menyadari negara yang terbentuk berkat kerja keras dan penyaluran afeksi setiap insan. Thank You for Huy Gia, yang selalu mendampingi kami berpergian di Vietnam. Setidaknya kami mengenal prototipe dari Kebudayaan Vietnam. Terima kasih atas perjalanan yang tidak terlupakan dalam kalbu. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu.

Saturday, December 29, 2012

Keberagaman dan Sosialisme di Vietnam (2)

... sambungan
Reunification Palace memiliki nama kuno Norodom Palace, dibangun sudah cukup lama dan ditempati oleh pemerintah Saigon yang merupakan pemerintah resmi Vietnam Selatan. Pemerintah Vietnam Selatan dibantu oleh militer Amerika, dan bahkan Selandia Baru. Ini yang menyebabkan keinginan Ho Chi Minh mereunifikasi seluruh Vietnam. Namun sayangnya reunifikasi baru terjadi setelah Ho Chi Minh meninggal. Reunifikasi terjadi pada tahun 1975.

26 Desember 2012
Kami diajak untuk menyusuri Delta Mekong, Delta Mekong terbentang melewati 3 negara yaitu Laos Kamboja, dan Vietnam. Sungai Mekong ini berperan besar bagi kehidupan warga. Kami makan ikan gurame di sekitar perumahan di Delta Sungai Mekong. Kami juga berkesempatan untuk menyaksikan nyanyian dan alat musik dari Vietnam. Alat musiknya mungkin seperti alat musik China, namun yang jelas adalah kelucuan dari musiknya. Yaitu musiknya atau lagunya menghitung dari angka 1 sampai dengan 100. Kami disajikan mengenai gambaran mekong

...bersambung

Tuesday, December 25, 2012

Keberagaman dan Sosialisme di Vietnam (1)

Tanggal 24 sampai tanggal 29 adalah waktu bagi penulis untuk meluangkan isi liburannya di Vietnam, tentunya ada pengalaman yang baru dan juga unik di negeri yang masih menganut paham sosialisme. Ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan berkaitan dengan liburannya di Vietnam.

24 Desember 2012
Ada yang sudah mengenal Vietnam? Jika belum tahu Vietnam, Vietnam terletak di selatan China. Batas geografisnya di sebelah Barat adalah Laos dan Kamboja, di sebelah Timur adalah laut China Selatan dan orang Vietnam lebih suka menyebutnya laut Vietnam dan sebelah Selatan berbatasan dengan laut teritori Malaysia. Vietnam terkenal akhir-akhir ini karena ada persengketaan Pulau Diayou (versi Jepang) yang disengketakan juga dengan China, dan Filipina. Sampai banyaknya pengklaim dari pulau tersebut, maka sangat berlarur-larutlah persoalan ini.

Saya tiba di Vietnam pada tanggal 24 malam. Tiba di Tan Son Nhat Airport, Saigon ( Ho Chi Minh City) membuat saya agak kebingungan, karena perkembangan dari negara tersebut cukup pesat walaupun negara tersebut berpaham sosialis. Sebabnya, adalah terminal 3 yang dimiliki Indonesia kalah dengan terminal kedatangan, malahan lebih teratur dan lebih bagus, kesan pertama saya orang Vietnam begitu kaku, ditunjukkan oleh petugas Imigrasi yang berbintang 4. Setelah saya diajak ke rumah apartemen teman saya, kami berencana untuk pergi ke Gereja untuk menyambut Malam Natal. Ada satu yang berbeda dari Vietnam. Umat  Katolik mungkin pernah mendengar bibliodrama, di Vietnam hal ini sudah booming, sedang majalah Hidup baru mengulasnya bulan September atau Oktober, namun di Vietnam, misa sebelumnya memakai drama dahulu. Bahkan yang menarik di depan Gereja ada penjual pop corn. Ya saya merasa, mungkin mereka mengira bahwa drama tersebut adalah pertunjukan, dan itu hal yang lumrah. Bibliodrama yang disampaikan begitu menarik dengan iringan musikal dan juga penghayatan berdasarkan kisah injili yang sebenarnya. Misa dipimpin dengan Bahasa Vietnam, namun pesan Injil dan bacaan Liturgi sama, karena saya sebelumnya sudah membawa buku bacaan Liturgi. Dan mungkin inilah untungnya menjadi seorang yang mempunyai kebersatuan  dengan umat Katolik di seluruh dunia. 

Ada yang saya sadari mengenai kebudayaan Vietnam yaitu mereka suka berkumpul bersama untuk sekedar mengobrol dan juga berbicara bersama. Sepanjang jalan mereka berkumpul dan ada juga yang menyemprotkan salju buatan yang seperti hair spray. Apalagi didekat mereka selalu ada kegembiraan dan juga tawa. Saya melihat juga perbedaan antara yang kaya dan yang miskin tidak begitu terlihat. Kita bahkan bisa melihat orang yang memakai kemeja kotor bisa makan po yang sama dengan kita, artinya yaitu bahwa mereka mempunyai kemampuan membeli makanan.

Dalam sistem sosialisme ada yang dinamakan juga dengan People Comitte, menurut teman saya, organisasi ini mengerucut menjadi satu bagian yaitu Partai Komunis Vietnam. Hal inilah yang membuat Vietnam berbeda dengan negara Demokrasi yang lain, terlebih People Comitte hanyalah ajang boneka penyaluran pendapat karena tidak ada yang dinamakan pendapat itu.

25 Desember 2012
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, melihat natal yang sibuk. Natal yang bukan merupakan hari libur bagi kebanyakan orang di Ho Chi Minh City, karena begitu banyak orang yang bekerja pada hari ini. Lalu lintas begitu sepi pada pagi hari sehingga kami dapat tiba di war remnants Museum, suatu museum yang menyajikan mengenai gambaran Perang Vietnam itu. Saya melihat bagaimana bom orange itu melukai segi psikis maupun fisik dari masyarakat Vietnam, selain itu ketidak lurusan linear hubungan antara orang utara dan selatan. Karena orang selatan di backup oleh Amerika. Selain itu, disajikan hasil jarahan dari tentara Vietnam bahkan ada helikopter yang sangat besar sekali. Hal ini menunjukkan begitu menghargainya orang Vietnam dengan makna kemerdekaan. Dukungan dari pihak asing juga ada di Vietnam mulai dari Moskow, Beijing, sampai Kuba

Perjalanan berlanjut ke Reunification Palace dimana ada penandatanganan kesepakatan Utara dan Selatan bergabung menjadi satu. Setelah Amerika hengkang dari perang hal ini membuat  Utara berambisi merambah ke Selatan

...bersambung

Thursday, December 20, 2012

Ekaristi dan Komunitas


Ekaristi telah menjadi warisan tradisi Gereja Katolik. Sejak Jaman Petrus sampai dengan Benediktus XVI, Ekaristi telah mengalami dinamika perkembangan sejarah, dan terus menjadi kekayaan mendalam Gereja dan Umat Allah. Ekaristi ini, sudah mengalami perkembangan dari Misale Romanum Pius V, Konsili Trente, dan juga Konsili Vatikan II dengan dokumen SC (Sacrosanctum Concilium), dan tetaplah bahwa Ekaristi menjadi puncak dari kehidupan umat Kristiani (Lumen Gentium 11). Perkembangan ini didasari oleh Roh Kudus, dan pembaharuannya masih berlangsung hingga saat ini.
            Ekaristi menjadi satu-satunya dasar bagi kita berkumpul sebagai umat Kristiani, jika kita hari Minggu ke gereja, kita akan menyadari bahwa satu-satunya alasan kita berkumpul adalah untuk merayakan dan mengenangkan (anamnese) Kristus yang telah berkurban bagi kita hanya lewat dan melalui  Ekaristi. Oleh sebab itu, dalam DSA II ada kalimat “agar kami yang menerima Tubuh dan Darah Kristus dihimpun menjadi satu umat oleh Roh Kudus”. Dan dengan demikian dimensi persekutuan, dimensi komunitas ditemukan lewat Ekaristi (Sacramentum Caritatis 15)
            Adakah jalan Ekaristi yang membentuk komunitas? Jawabannya ada. Coba sekarang kita termenung sejenak menyadari bahwa setiap Hari Minggu setelah misa selesai, umat memiliki agenda pelayanan tersendiri. Ada yang menjadi pembina BIA-BIR (Bina Iman Anak-Remaja), ada PSE, dan juga Legio Maria. Tentunya kegiatannya masih diperluas lagi. Dan ini membuktikan bahwa Ite Missa Est memiliki segi perutusan yang benar-benar nyata. Lebih jauh lagi, Ekaristi memberi bekal kita untuk berkegiatan rohani sepanjang Minggu.
            Saya masih ingat dengan cerita Henry Nouwen, salah satu Imam penulis yang baik mengenai Ekaristi. Bagaimana di suatu hari, di dalam kegiatan di Panti Asuhannya dengan anak-anak yang terlantar, ia mengakui bahwa Ekaristi menjadi bekal di dalam berkomunitas dan berkomitmen menyebarkan Kristus yang telah berkurban. Pengalaman ini begitu nyata, bagaimana pernah ia menangis bersama anak panti asuhan yang berdoa hanya dari kedalamman hatinya. Ada satu cerita lagi megenai Pedro Arrupe, seorang Jendral Jesuit saat Hirosima dan Nagasaki di luluhlantahkan oleh Fat Man dan Little Boy. Saat ia berada di Novisiat Nagasaki, ia harus membuka pintu rumahnya bagi para korban bom. Arrupe sendiri merupakan seorang dokter. Dan pengalaman yang ditulis dalam biografinya, adalah mengenai misa yang dilakukan ditengah kerumunan orang yang menderita. Bahkan kapelnya dijadikan tempat untuk merawat orang sakit. Buahnya adalah bagaimana orang yang dirawatnya setelah sembuh pasca PD II ingin dibaptis dan menjadi Katolik. Orang tersebut merasakan Ekaristi menjadi pendorong seseorang bersatu menjadi bagian komunitas.
            Komunitas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Ekaristi. Kasih terhadap Allah tidak dapat dipisahkan juga dengan kasih kepada sesama (bdk. Mrk 12: 24-38). Mari kita bagikan kasih yang kita dapatkan dari EKARISTI ke dalam komunitas. Ad Maioreim Dei Gloriam

Kasih dan Gereja



            Pelayanan korban merapi terlebih di Seminari Kentungan memang sudah lama berlalu. Mungkin kita kebingungan. Pernahkah seminari menjadi tempat pengungsian. Pernah, dan itu terjadi! Ketika saya mengingat kisah ini, kisah ini memiliki hubungan dengan gereja dan pelayanan kasih. Mengapa ini terkait? karena dalam kisah mengenai pelayanan kasih di seminari, menjadi nyatalah peran Gereja di dalam kasihnya dan perbuatan terhadap masyarakat. Buku yang menjadi saduran yaitu Dasyatnya Merapi tidak Sedasyat cintaMu (kalangan terbatas)
            Salah satu kalimat dalam buku itu, yang ditulis oleh rektor seminari dikutip sebagai berikut. “Terima kasih. Inilah laboratorium nyata, bak hadiah jatuh dari langit... bleg, tanpa persiapan dan ulem-ulem. Inilah pembelajaran seperti sekolah Yesus.” Dari kata-kata ini, kita melihat betapa berharganya suatu peristiwa merapi dan pembelajaran bagi Gereja untuk berkarya. Karya mencakup interaksi dan juga interaksi pastilah dimiliki oleh setiap manusia sosial (homo socius) Interaksi yang terjadi merupakan kebutuhan setiap manusia, kebutuhan ini menjadi unsur dalam diri manusia. Dan kalau kita dihadapkan pada masalah sosial yang ada, keinginan berbuat pasti ada karena conscience kita terusik.
            Melihat buku ini sekilas, kebanyakan dari para frater mengucapkan syukur karena ini terjadi. Lah kenapa bisa syukur? karena makna reflektif yang bisa diambil dari spontanitas kisah-kisah. Bahkan dari semuanya, walupun telah mengorbankan waktu pendidikan (semester kuliah), tenaga, makanan, tempat tidur, mereka tetap mensyukuri karena unseen hand, terlebih wajah Kristus benar-benar tampak di dalam pelayanan mereka. Mereka melihat Allah yang berkarya. Kita mengingat ucapan Mother Teresa “Ketika saya melihat orang kusta, saya melihat ALLAH.”
            Dari sini, kita bisa melihat bahwa Gereja ikut berusaha mengusahakan pelayanan sendiri di dalam Gereja dan juga di luar Gereja. Apa yang dikorbankan dalam tubuh Gereja tidak akan kembali, tetapi menghasilkan buah yang lebih besar. Dalam, analogi buku ada kata, tremendum et Fascinosum, yaitu kehadiran Tuhan yang benar-benar menggetarkan dan mempesona. Dan hal itu terjadi.
            Sebagai penutup, mengapa kasih dan Gereja terkait? Kalau kita melihat seluruh kisah penyembuhan Yesus, hal pertama yang menggerakan yaitu kasih. Kasih menjadi penyebab seluruh karya penyelamatan Yesus. Bahkan dua perintah utama yang harus ditaati yaitu kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati kita dan dengan segenap jiwa kita dan dengan segenap akal budi kita. dan yang kedua yaitu kasihilah sesama kita manusia seperti diri kita sendiri (bdk. Mat 22:39). Sudah jelas, bahwa kita harus mengasihi sesama dan tugas Gereja bertujuan untuk saling mengasihi. Ad Maioreim Dei Gloriam

Tuesday, December 18, 2012

Madrid dan Buah World Youth Day

Paus Benediktus XVI membuka gebrakan baru, dalam melihat Gereja Katolik sebagai cahaya di Dunia. Setidaknya fakta ini memiliki relevansinya tersendiri. Ada 2 peristiwa yang saya lihat sebagai buah perwujudan tahun iman 2013 di Vatikan. Pertama adalah peresmian akun twitter @pontifex yang dimiliki oleh Paus Benediktus XVI sendiri dan yang kedua adalah bahwa ada buah dari WYD di Madrid yaitu munculnya YouCat sebagai katekisasi anak muda modern

Anggapan yang mengatakan Gereja sudah ketinggalan jaman, setidaknya harus mulai di kikis perlahan. Saya tidak tahu apakah hal itu adalah bentuk pesimistis dari jaman ini, atau setidaknya ini adalah suatu katalis bagi Gereja untuk bergerak mengikuti jaman. Setidaknya di awal tahun iman ini ada secercah harapan bahwa katekese yang ada bukan satu arah (one dirrect person) melainkan arah katekese yang merupakan dialog iman dengan sharing dan juga penambahan pengetahuan

Tahun Iman yang disongsong Gereja tahun 2013 adalah satu dari rangkaian perjalanan gereja dalam sketsa bersama. Setidakny Gereja di ajak untuk menyadari peran iman di dalam kehidupan. Pertama-tama yaitu bahwa Iman tidak bisa dipisahkan dari perbuatan yang nyata dan konkret. Lewat pengalaman itulah iman senantiasa di tumbuh kembangkan bersama komunitas yang ada.

Akhirnya, salah satu sasarannya yaitu pengenalan Yesus Kristus bagi anak muda. Anak muda diajak untuk berani menyatakan imannya dan juga berbuat sesuai dengan imannya. YouCat menjadi satu dari sarana untuk mendalami bagaimana iman itu harus dibuahkan lewat saksi atau bersaksi sesuai dengan konsep krisma yang telah diterima dan diurapi kepada kita

Individu dan Antropologi

Mulanya, Koentjaraningrat mengklasifikasikan 3 sub kebudayaan manusia. Budaya menurutnya adalah pola pikir, pola karsa, dan pola rasa. Bagian yang menjadi hasilnya ialah artifact. Baginya karya manusia lewat budaya dipakai sebagai acuan untuk melihat ide mengenai sosial. Sosial yang dimaksud disini adalah ide mengenai teori-teori yang tumbuh di Dunia

Saya selalu tertarik dengan masalah budaya. Sudah lama sekali saya tidak mencatat di blog ini. Dan baru-baru ini ada hasrat lagi untuk menulis. Tema yang saya munculkan disini adalah mengenai Antropologi. Keliatannya ilmunya sangat lama ya? Ya memang ilmu mengenai antropologi sudah lama ada. Bahkan antropologi dianggap sebagai usaha para kolonialis menaklukan jajahannya. Saya disini tidak akan membahas mengenaai latar belakang antropologi. Tetapi yang jelas berdasarkan sejarah antropologi sendiri. Selalu ada yang dinamakan percampuran pengetahuan.

Cara pandang dalam antropologi ini adalah cara pandang antropologi psikologi. Tidak lama setelah berselang beberapa tahun dari Franz Boaz meninggal (seorang Antropolog kebangsaan Amerika) muncullah seorang wanita bernama M. Mead (tidak ada kaitannya dengan George H. Mead, Sosiolog) yang menggunakan psiko-analisis untuk meneliti perkembangan manusia di daerah pedalaman desa. Mungkin pembaca pernah mendengar bahkan melihat di film-film dimana ada secarik kertas yang dibubuhkan tanda warna hitam. Ya itu adalah metode yang digunakan psikologi dan antropolog dalam meneliti juga.

Memang ada kritikan dari beberapa antropolog mengenai kegunaan Psikologi sebagai pendamping dari Antropologi, tetapi pertama yang jelas adalah bahwa Psikologi memberikan salah satu efek cara pandang antropologi di dalam melihat karakter individu masyarakat desa

Tentang Saya

My photo
Dimensi kosmos yang ingin mengembangkan horizonnya

Pengunjung Berasal